|

Suku Sunda – Sejarah Budaya Dan Tradisi

bagikan

Suku Sunda merupakan etnis yang berasal dari sebelah barat di Pulau Jawa, Indonesia dan memiliki populasi sebanyak 36.701670 jiwa atau 15% dari total penduduk di Indonesia.

Suku-Sunda---Sejarah-Budaya-Dan-Tradisi

Orang Suku Sunda sendiri menyebut wilayahnya dengan istilah Tatar Sunda alias Dataran Sunda. Tatar Sunda maksudnya ialah wilayah atau tanah (tatar) yang meliputi bagian barat dari Pulau Jawa, dengan batas sebelah Timur yaitu Sungai Cimapali namun sampai akhir abad ke-16 saja. Kemudian ada batas sebelah Tatar Sunda yaitu laut yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera, yaitu Selat Sunda. Masyarakat Sunda menyebut dirinya sendiri sebagai “urang Sunda”. Artinya “urang” berarti ‘orang’. Secara etimologis, kata “Sunda” yang berasal dari kata ‘su’ artinya segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan. Sedangkan dalam bahasa Sansekerta, kata “Sunda” terbentuk dari kata ‘Sund’ yang memiliki arti bercahaya dan terang benderang. Ada juga dari bahasa Kawi kata “Sunda” ini bermakna ‘air, daerah yang banyak air atau subur.

Sejarah Singkat Suku Sunda

Tidak ada yang tahu pasti kapan, darimana, dan bagaimana masyarakat suku Sunda masuk ke Jawa Barat. Perkiraan terjadi pada abad pertama masehi, saat itu terdapat sekelompok kecil suku Sunda tengah yang sedang menjelajahi hutan-hutan pegunungan dan melakukan tradisi tebas bakar untuk membuka hutan. Pada abad ke-11, wilayah Jabar justru menjadi daerah yang paling terbelakang di Pulau Jawa. Kerajaan besar bangkit di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, namun di Jawa Barat hanya sedikit yang berlaku demikian. Sebelum Belanda datang ke Indonesia di tahun 1596, agama Islam sangat berpengaruh secara dominan di masyarakat Sunda, bahkan di antara kaum ningrat ataupun pemimpin masyarakat. Dalam historis, suku Sunda tidak memainkan suatu peranan penting dalam urusan-urusan nasional. Beberapa peristiwa yang sangat penting telah terjadi di Jawa Barat namun biasanya peristiwa tersebut tidak memiliki karakteristik Sunda.

Profesi Suku Sunda

Profesi-Suku-Sunda 

Umumnya orang sunda memiliki mata pencaharian sebagai petani alias bercocok tanam, karena kebanyakan masyarakatnya memang enggan untuk merantau atau hidup terpisah dengan kerabatnya. Pertanian merupakan  salah satu mata pencaharian utama. Masyarakat Sunda membudidayakan tanaman padi, jagung, kacang-kacangan, dan sayuran di sawah-sawah maupun ladang mereka. Sistem irigasi yang canggih telah ada sejak masa prasejarah guna untuk mengelola air. Pada umumnya hasil pertanian digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup mereka sendiri. Walaupun begitu, gula merah, buah-buahan, juga madu biasa di perdagangkan ke luar.

Pada masa itu sudah ada budidaya ikan di kolam, namun mereka lebih berupaya mengambil ikan di sungai atau di laut. Hal ini pun berdasarkan pada berita Cina tentang adanya kulit
penyu. Penyu merupakan binatang laut yang liar. Kulit penyu pun termasuk jenis barang yang banyak disukai oleh penduduk Cina. Orang-orang Sunda di masa bihari memiliki pola hidup yang sangat tergantung pada sumber daya alam. Ini merupakan contoh adaptasi manusia terhadap lingkungan. Masyarakat masih ditandai dengan “bedug” Aktivitas kerja yang dimulai dari jam 6 hingga jam 12, diberikan istirahat antara jam 9-10 sekira 10-15 menit. Bedug adalah tanda dari berhentinya aktivitas seorang petani di sawah atau kebun.

Tradisi Suku Sunda

Tradisi-Suku-Sunda

 

Tradisi merupakan konsep atau perilaku serta kepercayaan yang sudah di wariskan dari waktu ke waktu dan generasi ke generasi. Warisan budaya yang kaya menjadikan tradisi Sunda terus berkembang dari masa ke masa, berikut ini tradisi suku sunda:

1. Seren Taun

Sebuah tradisi yang masih berlangsung di daerah Jawa Barat seperti Sukabumi, Kuningan, dan Banten. Biasanya dilakukan setelah panen dan juga di iringi dengan musik khas sunda. Tradisi ini adalah sebagai ucapam rasa syukur atas hasil panen yang di dapat.

2. Tingkeben

Merupakan sebuah tradisi Sunda yang menjadi bagian dari adat kebiasaan orangnya. Biasanya sebagai bentuk ungkapan selamat kepada seorang wanita ketika kehamilannya yang sudah berusia 7 bulan. Tujuan utama dari pelaksanaan Tingkeban adalah untuk memohon berkah dan perlindungan dari Tuhan. Untuk keselamatan calon ibu dan anak yang dikandungnya. Pentingnya Tingkeban terutama terlihat ketika anak yang dikandung adalah anak pertama bagi ibu dan ayahnya.

3. Tembuni

Biasanya dilaksanakan setelah proses persalinan, tujuannya untuk memastikan keselamatan dan kebahagiaan bayi yang baru lahir. “Tembuni” merupakan plasenta bayi atau yang dikenal sebagai “ari-ari.” Menurut kepercayaan mereka, Tembuni dianggap sebagai saudara kandung bayi yang tidak boleh dibuang begitu saja. Itu sebabnya Tembuni harus menjalani beberapa ritual khusus sebelum dikubur atau dihanyutkan. Setelah bayi lahir, Tembuni akan dibersihkan di letakkan dalam sebuah kendi. Lalu, Tembuni diberikan bumbu-bumbu seperti garam, asam, dan gula merah. Kemudian kendi tadi akan ditutupi dengan sehelai kain putih. Kemudian diberi bambu kecil agar dapat menerima udara. Tembuni akan dikuburkan atau dihanyutkan, tergantung pada tradisi lokal Suku Sunda.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *