Peyeum: Salah Satu Makanan Tradisional Khas Jawa Barat
Peyeum adalah salah satu makanan tradisional khas Jawa Barat yang memiliki cita rasa unik dan cerita budaya yang kaya.
Terbuat dari singkong atau ketan yang difermentasi, peyeum dikenal luas di kalangan masyarakat Sunda dan sering dijadikan oleh-oleh khas dari kota-kota seperti Bandung dan Garut. Makanan ini tidak hanya menggoda lidah, tetapi juga menyimpan nilai-nilai tradisi, kearifan lokal, serta manfaat kesehatan yang menarik untuk dibahas. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran ALL ABOUT JAWA BARAT.
Asal-Usul dan Filosofi di Balik Peyeum
Peyeum merupakan makanan hasil fermentasi yang telah lama menjadi bagian dari budaya kuliner masyarakat Sunda. Secara etimologis, kata peyeum berasal dari bahasa Sunda yang berarti makanan yang dibuat melalui proses fermentasi. Makanan ini dipercaya sudah ada sejak zaman dahulu sebagai cara alami untuk mengawetkan bahan makanan, terutama ketela pohon atau ketan.
Dalam masyarakat Sunda, peyeum tidak hanya dianggap sebagai makanan, tetapi juga simbol kebersahajaan dan kehangatan tradisi. Proses pembuatannya yang memerlukan kesabaran dan ketelitian mencerminkan karakter masyarakat Jawa Barat yang telaten dan menghargai proses.
Dukung Timnas Indonesia, Ayo nonton GRATIS pertandingan Timnas Garuda, Segera DOWNLOAD APLIKASI SHOTSGOAL
Proses Pembuatan Tradisional yang Masih Dipertahankan
Salah satu keunikan peyeum adalah cara pembuatannya yang masih tradisional hingga kini. Untuk peyeum singkong, bahan bakunya adalah singkong yang dikupas, dicuci bersih, kemudian direbus atau dikukus hingga matang. Setelah dingin, singkong tersebut ditaburi ragi khusus dan dibungkus dalam daun pisang atau plastik, lalu didiamkan selama dua hingga tiga hari dalam suhu ruang.
Proses fermentasi ini akan mengubah tekstur singkong menjadi lebih lembut dan rasa manis asam yang khas pun terbentuk secara alami. Rasa ini berasal dari proses pemecahan karbohidrat oleh mikroorganisme menjadi gula sederhana dan alkohol.
Baca Juga: Soto Mie Jawa Barat: Kelezatan Dalam Semangkuk Kuah Rempah
Ragam Jenis Peyeum
Meski peyeum singkong adalah yang paling dikenal, ada juga varian lain yang tak kalah populer, yaitu peyeum ketan. Peyeum ketan biasanya terbuat dari beras ketan putih atau hitam yang dimasak dan difermentasi dengan cara serupa. Rasanya lebih manis dan teksturnya lebih lembut dibandingkan peyeum singkong.
Peyeum ketan juga sering digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan tape uli atau campuran es campur khas Sunda. Perbedaan jenis peyeum ini menunjukkan betapa kreatifnya masyarakat dalam mengembangkan variasi makanan dari bahan-bahan sederhana namun bernilai gizi tinggi.
Manfaat Kesehatan dari Peyeum
Selain rasanya yang enak, peyeum juga dikenal memiliki berbagai manfaat kesehatan. Kandungan probiotik alami dari hasil fermentasi membantu meningkatkan kesehatan pencernaan, mirip seperti yoghurt atau tempe. Peyeum juga mengandung vitamin B kompleks yang penting untuk metabolisme tubuh.
Karena proses fermentasi juga memecah karbohidrat menjadi gula sederhana, makanan ini lebih mudah dicerna dibandingkan dengan singkong biasa. Namun, karena kandungan gulanya yang tinggi, konsumsi peyeum tetap harus dibatasi, terutama bagi penderita diabetes atau yang sedang menjalani program diet.
Peyeum di Tengah Arus Modernisasi Kuliner
Di tengah pesatnya perkembangan dunia kuliner modern, peyeum tetap bertahan sebagai makanan tradisional yang dicintai. Bahkan, beberapa inovasi telah dilakukan oleh para pelaku UMKM dan pegiat kuliner lokal untuk memodifikasi peyeum agar lebih menarik bagi generasi muda.
Kini kita bisa menemukan peyeum yang dikemas dalam bentuk modern seperti cake tape, brownies tape, bahkan es krim rasa tape. Kehadiran peyeum dalam bentuk baru ini menunjukkan bahwa makanan tradisional pun bisa beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan identitas aslinya.
Kesimpulan
Peyeum bukan sekadar makanan manis hasil fermentasi, melainkan bagian penting dari warisan budaya Jawa Barat. Ia mencerminkan kearifan lokal, nilai-nilai tradisional, serta kreativitas masyarakat Sunda dalam mengolah bahan pangan sederhana menjadi sajian lezat dan bergizi.
Di tengah arus modernisasi, peyeum tetap bertahan, bahkan berkembang melalui berbagai inovasi. Oleh karena itu, mengenal dan mencintai peyeum bukan hanya soal mencicipi cita rasa khasnya, tetapi juga tentang menghargai budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari jnewsonline.com
- Gambar Kedua dari www.detik.com