Kerajaan Sunda: Mengungkap Misteri Kejayaan dan Kejatuhan Pajajaran
Kerajaan Sunda, yang dikenal pula dengan nama Kerajaan Pajajaran, kerajaan dalam sejarah Indonesia, khususnya di Jawa Barat.
Kerajaan ini tidak hanya dikenal karena kekuatan politiknya, tetapi juga karena budaya dan warisan yang ditinggalkannya. Di bawah ini ALL ABOUT JAWA BARAT akan menjelajahi perjalanan sejarah Kerajaan Sunda/Pajajaran, dari awal pembentukan hingga kejayaannya, serta dampak dan warisan budaya yang masih terasa hingga saat ini.
Latar Belakang Sejarah
Kerajaan Sunda diperkirakan bermula setelah runtuhnya Kerajaan Tarumanagara, sebuah kerajaan Hindu yang berkuasa di wilayah barat Pulau Jawa. Tarumanagara, yang berdiri pada sekitar abad ke-4, mengalami kemunduran dan akhirnya terbagi menjadi beberapa kekuatan kecil, di antaranya adalah Kerajaan Sunda. Mitos dan sejarah lisan yang berkembang di masyarakat menyebutkan bahwa pendiri Kerajaan Sunda adalah Tarusbawa, yang berusaha mengembalikan kejayaan pendahulunya.
Pada sekitar tahun 670 Masehi, Tarusbawa mendirikan Kerajaan Sunda dengan ibu kota di Pakuan, yang kini dikenal sebagai Bogor. Sejarah awal Kerajaan Sunda erat kaitannya dengan pengaruh budaya Hindu-Buddha, serta hubungan dagang yang kuat dengan kerajaan-kerajaan di India dan China. Kerajaan ini juga memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat lokal dan menjadi tempat pertemuan beberapa marga dari suku Sunda.
Struktur Sosial dan Politik
Dalam struktur pemerintahan, Kerajaan Sunda dipimpin oleh seorang raja yang disebut Prabu. Raja memiliki kekuasaan yang mutlak dan dibantu oleh para pejabat tinggi yang berasal dari kalangan bangsawan. Pembagian wilayah kerajaan dilakukan dengan cermat, di mana pangeran-pangeran diangkat untuk mengelola daerah tertentu agar stabilitas politik dan sosial terjaga.
Masyarakat Sunda pada masa itu terdiri dari beberapa golongan, termasuk bangsawan, petani, dan pedagang. Kehidupan ekonominya sangat bergantung pada pertanian, perdagangan, dan kerajinan tangan. Lada, beras, dan hasil pertanian lainnya menjadi komoditas utama yang diperdagangkan melalui jalur laut dan darat, menghubungkan Sunda dengan berbagai kerajaan lain, baik di dalam maupun luar pulau Jawa.
Masa Kejayaan Kerajaan Sunda
Masa kejayaan Kerajaan Sunda sering diidentifikasi pada abad ke-14 hingga ke-15 di bawah kepemimpinan Sri Baduga Maharaja, yang dikenal sebagai Prabu Siliwangi. Di bawah pemerintahan beliau, Kerajaan Sunda berhasil mengukuhkan posisinya sebagai salah satu kekuatan regional yang signifikan di Nusantara.
Prabu Siliwangi dikenal sebagai raja yang adil dan bijaksana, yang memimpin dengan memahami kebutuhan masyarakatnya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Sunda mengalami kemajuan pesat dalam berbagai bidang, antara lain:
- Ekonomi: Kerajaan Sunda menjadi pusat perdagangan rempah-rempah, khususnya lada, yang menjadi komoditas utama. Posisi strategis Sunda di Selat Sunda memperkuat hubungan dagangnya dengan berbagai wilayah, termasuk Tiongkok, India, dan kerajaan-kerajaan di pesisir Pulau Jawa.
- Kesenian dan Kebudayaan: Kesenian dan kebudayaan Sunda berkembang pesat. Karya sastra, seni ukir, dan musik tradisional mengalami kemajuan. Banyak karya sastra muncul pada masa ini, yang ditulis dalam bahasa Sunda Kuno, menggambarkan mitos, legenda, dan nilai-nilai budaya masyarakat.
- Arsitektur: Banyak bangunan suci, termasuk candi dan tempat ibadah, dibangun selama masa kejayaan ini. Arsitektur yang megah mencerminkan pengaruh Hindu-Buddha dan keahlian rakyat Sunda dalam berkarya.
Baca Juga: Yuk, Eksplor Pantai Ujung Genteng! Dari Snorkeling hingga Bersantai di Pasir yang Lembut
Hubungan Internasional dan Perang Bubat
Kerajaan Sunda tidak hanya berperan dalam skala lokal, tetapi juga di kancah internasional. Meskipun sering kali menjalin hubungan baik dengan kerajaan lain, tidak jarang juga terjadi konflik. Salah satu peristiwa dramatis dalam sejarah Kerajaan Sunda adalah Perang Bubat.
Perang Bubat yang terjadi pada tahun 1357 melibatkan Kerajaan Sunda dan Majapahit. Konflik ini bermula dari rencana pernikahan antara Putri Sunda, Dyah Pitaloka, dan Raja Majapahit, Hayam Wuruk. Namun, pernikahan itu berujung pada perseteruan ketika Gajah Mada, perdana menteri Majapahit, menuntut pengakuan kekuasaan Majapahit atas Sunda sebagai syarat pernikahan.
Konflik antara kedua pihak berujung pada pertempuran yang mengakibatkan banyak korban, terutama dari pihak Sunda. Dalam peristiwa ini, Dyah Pitaloka melakukan bunuh diri demi kehormatan keluarga dan kerajaannya. Tragedi ini meninggalkan luka mendalam dalam sejarah Sunda dan menjadi latar belakang bagi narasi kepahlawanan rakyat Sunda.
Kemunduran Kerajaan Sunda
Setelah masa kejayaan di bawah Prabu Siliwangi, Kerajaan Sunda mulai mengalami kemunduran. Penyebab utamanya adalah ketidakstabilan politik dan invasi dari kekuatan asing. Munculnya Kesultanan Demak yang mengusung agama Islam beriringan dengan penurunan kekuasaan Hindu yang berkuasa di Sunda.
Kerajaan Sunda mulai kehilangan kekuasaannya ketika Kesultanan Banten dan Demak melakukan serangan. Pada tahun 1579, Kerajaan Sunda secara resmi jatuh ke tangan Kesultanan Banten setelah melalui berbagai konflik yang melemahkan struktur internal kerajaan. Hal ini menjadi akhir dari eksistensi Kerajaan Sunda sebagai kerajaan independen.
Warisan Budaya dan Sejarah yang Abadi
Meskipun Kerajaan Sunda/Pajajaran telah runtuh, warisan budayanya tetap hidup dan terpelihara dengan baik dalam masyarakat Sunda modern. Banyak elemen budaya dari Kerajaan Sunda yang masih terlihat hingga kini, seperti dalam seni, musik, dan tari.
Tradisi lisan seperti dongeng, mitos, dan cerita rakyat dari masa Kerajaan Sunda masih diajarkan kepada generasi muda. Kesenian tradisional seperti Tari Jaipong dan Gamelan Sunda juga sangat populer dan sering dipentaskan dalam berbagai acara, merayakan keberagaman budaya.
Selain itu, candi-candi dan peninggalan arkeologis seperti Prasasti Kebon Kopi II, dan prasasti batu lainnya menjadi saksi bisu sejarah Kerajaan Sunda. Candi-candi ini menunjukkan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat dalam arsitektur dan seni selama masa kejayaan kerajaan.
Kesimpulan
Sejarah Kerajaan Sunda/Pajajaran adalah cerminan keberagaman dan kekuatan budaya Indonesia. Jejak kejayaan yang ditinggalkan, serta pelajaran dari peristiwa-peristiwa bersejarah, sangat penting dalam memahami identitas masyarakat Sunda saat ini.
Warisan budaya dan nilai-nilai dari Kerajaan Sunda terus diingat dan dilestarikan oleh generasi penerus, memperkaya khazanah budaya Indonesia yang beragam. Dengan memahami sejarah ini, kita dapat belajar menghargai identitas, melakukan refleksi sosial, serta membangun massa depan yang harmonis bagi semua elemen masyarakat.
Kerajaan Sunda/Pajajaran bukan hanya bagian dari masa lalu, tetapi juga cermin bagi kebudayaan kita saat ini. Simak terus pembahasan menarik lainnya tentang kepulauan dan tempat wisata hanya dengan klik link berikut ini TRAVEL GO.