Mengenal Tradisi Sisingaan Asal Subang, Jawa Barat
Tradisi Sisingaan adalah sebuah hiburan khas Sunda yang kerap muncul ketika khitan atau sunatan. Sang anak dinaikkan ke sebuah tandu yang berbentuk boneka singa.
Digotong oleh empat orang lelaki dewasa untuk dibawa mengitari kampung setempat. Bentuk singa yang digunakan adalah sebuah sindiran bagi simbol negara yang kerap digunakan bangsa Eropa, dengan menjadikannya sebuah piranti dalam tradisi yang bisa dinaiki dan dimainkan.
Sejarah Tradisi Sisingaan
Sisingaan disebut juga Gotong Singa atau Odong-odong. Sisingaan adalah kesenian yang dimainkan rakyat Subang saat melawan penjajah. Kesenian ini sebagai simbol pelecehan terhadap penjajah bahwa rakyat Subang tidak takut melawan penjajah saat itu. Saat ini, Sisingaan ditampilkan untuk acara-acara khitanan anak, maupun pada hari besar lainnya. Sbuang merupakan daerah Jawa Barat yang kaya dengan sumber daya alam. Salah satu perusahaan yang terkenal pada masa kolonial adalah Pamanoekan en Tjiasemlanden atau dikenal dengan P&T Land.
Masyarakat Subang mulai diperkenalkan dengan lambang negara mereka, yaitu crown atau mahkota kerajaan. Pada saat yang sama, Subang juga dikuasai Inggris yang juga memperkanlkan lambang negaranya berupa Singa. Sehingga pada saat itu, dikuasai oleh dua pihak, Belanda menguasai politik dan Inggris menguasai ekonomi. Hal tersebut membuat masyarakat tertekan secara politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Sehingga, memunculkan perlawanan terhadap penjajah Belanda dan Inggris. Sikap tersebut diekspresikan secara terselubung melalui sindirian, perumpamaan, dan penokohan yang sesuai dengan keadaan mereka saat itu. Salah satunya denga membuat kesenian Sisingaan yang melambangkan rasa ketidakpuasan dan upaya pemberontakan terhadap kaum penjajah.
Baca Juga: Memahami Tradisi Botram Yang Istimewa Bagi Orang Sunda
Pertunjukan Sisingaan
Pertunjukan Sisingaan dimulai dari tabuhan musik yang dinamis. Penari pengusung akan dimulai dengan gerakan antara lain, pasang kuda-kuda, bangkaret, ancang-ancang, gugulingan, sepakan dua, langkah mundur, kael, mincid, ewag, jeblag, putar taktak, gendong singa, nanggeuy singa, angkat jungjung, ngolecer, lambang, pasagi tilu, melak cau, ninjak rancatan, dan kakalapan. Sisingaan akan terus mengelilingi kampung, desa, atau jalan kota sampai tiba pada tempat semula.
Makna Tradisi Sisingaan
Kesenian ini memiliki makna untuk masyarakat Subang. Secara sosial, masyarakat mempercayai bahwa jiwa kesenian sangat berperan dalam diri mereka. Kesenian bermakna, kehadiran Sisingaan ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Subang. Meskipun Subang dan Jawa Barat tidak memiliki habitat singa. Namun, dengan konsep kerakyatan, patung singa dapat diterima sebagai seni tradisional, berupa Sisingaan.