Melihat Kehidupan Masyarakat Kampung Adat Cireundeu di Cimahi Selatan
Kampung Adat Cireundeu di Cimahi Selatan, Jawa Barat, adalah salah satu desa adat yang masih menjaga tradisi dan budaya nenek moyang mereka.
Dengan populasi sekitar 800 jiwa yang terdiri dari 50 kepala keluarga, kampung ini menawarkan gambaran kehidupan masyarakat adat Sunda yang kaya akan nilai-nilai budaya dan kepercayaan Sunda Wiwitan. ALL ABOUT JAWA BARAT akan memberikan ulasan lengkap mengenai kehidupan masyarakat Kampung Adat Cireundeu, yuk simak lebih lanjut!

Sejarah dan Asal-Usul Kampung Adat Cireundeu
Nama “Cireundeu” berasal dari kata “reundeu”, yaitu pohon obat herbal yang dulunya banyak tumbuh di kawasan ini. Kampung ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-16, dibuktikan dengan keberadaan rumah panggung dengan batu tatapakan kuno.
Kampung ini terbentang seluas 64 hektar, dengan 60 hektar digunakan untuk pertanian dan 4 hektar untuk pemukiman. Sejak dulu, masyarakat adat Cireundeu telah hidup dengan memegang teguh ajaran Sunda Wiwitan yang diwariskan secara turun-temurun.
Dukung Timnas Indonesia, Ayo nonton GRATIS pertandingan Timnas Garuda, Segera DOWNLOAD APLIKASI SHOTSGOAL
Kehidupan Sehari-Hari dan Mata Pencaharian
Mayoritas warga Kampung Adat Cireundeu bermata pencaharian sebagai petani, khususnya bertani ketela (singkong). Uniknya, sejak tahun 1918, masyarakat kampung ini telah mengganti nasi sebagai makanan pokok dengan olahan singkong yang disebut beras singkong.
Tradisi ini masih dipertahankan hingga kini, menjadi ciri khas yang membedakan mereka dengan masyarakat lain di sekitarnya. Selain bertani, warga juga memanfaatkan hutan adat yang terbagi menjadi tiga kawasan: Leuweung Larangan (hutan terlarang), Leuweung Tutupan (hutan reboisasi), dan Leuweung Baladahan (hutan pertanian).
Kepercayaan Sunda Wiwitan dan Pelestarian Budaya
Sebagian besar masyarakat Cireundeu memeluk kepercayaan Sunda Wiwitan, yang merupakan agama asli Sunda. Mereka sangat konsisten menjalankan ajaran dan adat istiadat yang diwariskan oleh leluhur.
Filosofi hidup yang mereka pegang adalah “Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman” yang berarti mereka memiliki cara dan keyakinan sendiri namun tetap mengikuti perkembangan zaman.
Ritual dan upacara adat seperti 1 Sura, yang dianggap sebagai hari raya, menjadi momen penting untuk mempererat ikatan sosial dan menjaga tradisi.
Baca Juga: Mengenal Minuman Es Cendol, Warisan Kuliner Jawa yang Mendunia
Tradisi dan Upacara Adat yang Masih Terjaga
Upacara adat 1 Sura di Kampung Adat Cireundeu menjadi salah satu tradisi terbesar yang masih dilaksanakan dengan khidmat. Pada acara ini, warga memakai pakaian adat khas, laki-laki mengenakan pangsi hitam dan ikat kepala batik, sedangkan perempuan memakai kebaya putih.
Upacara ini diisi dengan berbagai ritual seperti penyajian gunungan buah dan hasil bumi, kesenian kecapi suling, serta wuwuhan (nasihat) dari sesepuh adat. Tradisi ini menjadi wahana pelestarian budaya dan penguatan identitas masyarakat adat.
Peran Sesepuh dan Struktur Adat
Kampung Adat Cireundeu memiliki struktur sosial yang khas dengan keberadaan sesepuh atau karuhun yang memegang peran penting dalam menjaga adat dan tradisi. Sesepuh ini menjadi penasehat dan pemimpin spiritual masyarakat, yang hingga kini sudah mencapai generasi kelima.
Mereka berperan dalam mengatur pelaksanaan adat, memberikan nasihat, serta menjaga nilai-nilai luhur yang menjadi fondasi kehidupan masyarakat kampung.
Tantangan Terhadap Perkembangan Zaman
Meski memegang teguh tradisi, masyarakat Kampung Adat Cireundeu tidak menolak kemajuan zaman. Mereka menerima teknologi modern seperti televisi, telepon genggam, dan penerangan listrik yang mulai masuk pada tahun 1980-an.
Prinsip “Mibapa Ka Jaman” menunjukkan sikap adaptif mereka untuk mengikuti perkembangan tanpa meninggalkan akar budaya. Hal ini menjadikan Kampung Adat Cireundeu sebagai contoh harmonisasi antara pelestarian budaya dan kemajuan teknologi.
Kesimpulan
Kampung Adat Cireundeu di Cimahi Selatan adalah contoh nyata bagaimana sebuah komunitas adat mampu mempertahankan tradisi dan kepercayaan leluhur dalam kehidupan modern. Dengan kehidupan yang masih sangat bergantung pada pertanian singkong dan pelestarian Sunda Wiwitan. Masyarakat kampung ini menjaga identitas budaya yang unik dan kaya.
Melalui upacara adat, peran sesepuh, dan sikap adaptif terhadap perubahan zaman. Kampung Adat Cireundeu menjadi warisan budaya yang berharga dan inspiratif bagi generasi sekarang dan masa depan.
Buat kalian yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai Jawa Barat, baik dari tradisi, suku, budaya, kehidupan sehari-hari, wisata, dan kuliner, anda bisa kunjungi ALL ABOUT JAWA BARAT.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari youtube.com/@bnpttv
- Gambar Kedua dari telusuri.id