Tradisi Nyalin – Mengenali Upacara Sunda Asli Karawang
Tradisi Nyalin – Kabupaten Karawang mempunyai berbagai tradisi dengan kearifan lokal yang masih di lestarikan oleh sejumlah masyarakat. Salah satunya adalah tradisi Nyalin.
Tradisi Nyalin sendiri biasanya di lakukan oleh masyarakat setempat ketika masa akan panen di sawah. Tradisi dilakukan untuk mempersiapkan proses penanaman padi yang berikutnya. Asal namanya dari kata ‘Salin’ artinya adalah mengganti. Di dalam pengerjaannya masyarakat akan memotong beberapa bagian padi yang terlihat baik. Yang kemudian akan disimpan di dalam leuit atau lumbung untuk digunakan di masa tanam berikutnya.
Salah satu pesan yang dibawa dalam tradisi ini atau biasa masyarakat setempat menyebutnya Ngala Indung Pare (mengambil bibit padi). Merupakan tata krama dari para petani yang akan mengambil padi yang sebagai ciptaan tuhan. Dalam tradisi Nyalin terdapat sebuah prosesi etika yang mana “sebagai sesama makhluk Tuhan, manusia dengan alam sebisa mungkin harus saling menghormati ketika memanen padi”. Saat panen itu pada dasarnya kita mengambil hasil pertanian kita, dan Nyalin sendiri adalah prosesi izin atau tata krama kita di alam agar kita lebih hati-hati memperlakukan tanaman (padi), sebab sudah memberi kehidupan kepada manusia.
Baca Juga: Gedung Sate – Sejarah Gedung Pemerintahan Kota Bandung
Pelaksanaan Tradisi Nyalin
Saat melakukan tradisi ini biasanya dilakukan satu tahun sekali ketika masa tanaman padi menguning. Biasanya sebelum melaksanakan prosesi tersebut para petani akan berkonsultasi terlebih dahulu kepada Guguni atau yang punya hajat setempat agar prosesi bisa terlaksana dengan baik. Mereka biasanya akan menyiapkan beberapa kebutuhan untuk upacara. Yaitu Dawegan, Kemenyan, Pedupaan, Rurujakan, Lisong/cerutu, Makanan ringan seperti rengginang, opak, wajit dan lainnya. Tak lupa pula Sanggar yakni tempat menyimpan sesajen yang terbuat dari bambu. Lalu beberapa kebutuhan tambahan diantaranya adalah Kain putih, Daun Hoar, Daun Kanyere, Caruluk atau buah kawung, Daun Kawung, Pohon Tebu, Ktupat, leupeut, tantang angin.
Ketika prosesi mulai dilakukan, Guguni akan memakai pakaian serba putih sambil membakar kemenyan untuk memulai upacara. Kemudian prosesi selanjutnya akan dilanjutkan dengan membaca rajah. Lalu dilanjutkan memotong lima tangkai padi yang memiliki bulir sempurna menggunakan ani-ani sambil menahan napas. Lima potong tangkai padi itu akan dibungkus dengan kain putih dengan membuat motif kepang jadi dua untuk disimpan di dalam lumbung sebagai persiapan tanam padi berikutnya. Prosesi Nyalin ini akan dilaksanakan antara pukul 16.00 WIB hingga 17.00 WIB sore. Dilakukan di tempat sawah yang ingin di panen.